KOMPOSISI (99): UNTUK TUHANKU
pintu segala pintu telah Kaubuka
jendela menyediakan panorama dunia
gapura, menara, dan kubah mesjid menuding langit
suara hatiku pun menjerit mengetuk pintu maaf:
maafkan segala khilafku
Engkau tahu, aku sering tidak tahu
betapa batu mengeras dalam hatiku
tiap saat kupahat kaligrafi cinta
tapi sungguh aku luruh jadi abu
Engkau mengerti, aku sering sangsi
berdiri di depan pintu waktu, gagu menyebut Namamu
kukikis rasa kesangsian itu dengan jemari menarikan 99 Namamu
tetapi selalu saja aku gagal melukis Senyummu
ajari aku membaca alifbata cintaku
ajari aku mengukur ruas jemari, bertaut hanya dengan Jemarimu
ajari aku menyanyikan qasidah di kota santri
mengaji diri, membaca dahaga sunyi
meski kutahu Engkau tak lagi memerlukan pujian
ajari aku berterima kasih
ikhlas bersyukur sebelum Kausungkurkan
gapura ramadan telah berdiri kokoh
kokohkan cara kakiku berdiri
lenturkan lidahku saat menyebut Namamu
getarkan hatiku saat kumandang adzan
limpahkan segala kekuatan menahan godaan
kemah kumuh kudirikan dengan luka
dan reranting kering jadi unggun hangatkan jiwa
ingin kubaringkan jasad berdebu dalam kehangatan dekapan dukacita
bukankah debu lekat di Terompahmu?
ya, robbana dentam rebana menggema
dalam hatiku yang rindu Tangan Kasihmu
apa yang kudamba kini hanya satu, Nur Cahayamu
langkahku hanya satu, menuju pintu Hatimu
niatku hanya satu bersetubuh-menyatu
sejatinya cintaku ada dalam Cintamu
Allahuma ya Robbana
kubenahi jasad, kucuci hati
kubenahi jihat dan niat
kubenahi makrifat
lewat dzikir ngalir kulantunkan lagu dengan bibir pecah
sajadah basah
hati pasrah
Engkaulah Yang Maha Merasa
segala damba tersurat dalam doa
penuh aroma cinta
bengkel puisi swadaya mandiri
jambi 2 agustus 2010
pintu segala pintu telah Kaubuka
jendela menyediakan panorama dunia
gapura, menara, dan kubah mesjid menuding langit
suara hatiku pun menjerit mengetuk pintu maaf:
maafkan segala khilafku
Engkau tahu, aku sering tidak tahu
betapa batu mengeras dalam hatiku
tiap saat kupahat kaligrafi cinta
tapi sungguh aku luruh jadi abu
Engkau mengerti, aku sering sangsi
berdiri di depan pintu waktu, gagu menyebut Namamu
kukikis rasa kesangsian itu dengan jemari menarikan 99 Namamu
tetapi selalu saja aku gagal melukis Senyummu
ajari aku membaca alifbata cintaku
ajari aku mengukur ruas jemari, bertaut hanya dengan Jemarimu
ajari aku menyanyikan qasidah di kota santri
mengaji diri, membaca dahaga sunyi
meski kutahu Engkau tak lagi memerlukan pujian
ajari aku berterima kasih
ikhlas bersyukur sebelum Kausungkurkan
gapura ramadan telah berdiri kokoh
kokohkan cara kakiku berdiri
lenturkan lidahku saat menyebut Namamu
getarkan hatiku saat kumandang adzan
limpahkan segala kekuatan menahan godaan
kemah kumuh kudirikan dengan luka
dan reranting kering jadi unggun hangatkan jiwa
ingin kubaringkan jasad berdebu dalam kehangatan dekapan dukacita
bukankah debu lekat di Terompahmu?
ya, robbana dentam rebana menggema
dalam hatiku yang rindu Tangan Kasihmu
apa yang kudamba kini hanya satu, Nur Cahayamu
langkahku hanya satu, menuju pintu Hatimu
niatku hanya satu bersetubuh-menyatu
sejatinya cintaku ada dalam Cintamu
Allahuma ya Robbana
kubenahi jasad, kucuci hati
kubenahi jihat dan niat
kubenahi makrifat
lewat dzikir ngalir kulantunkan lagu dengan bibir pecah
sajadah basah
hati pasrah
Engkaulah Yang Maha Merasa
segala damba tersurat dalam doa
penuh aroma cinta
bengkel puisi swadaya mandiri
jambi 2 agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar