Rabu, 01 September 2010

SAJAK SERBA SERBI



: SERBA SERBI ( SERBA AROMA SERABI )


( 1 ) DEBAR :

ada pendar cahaya rembulan
mekar di wajahmu
ada degup cumbu
di detak bibirku

( 2 ) kasmaran :
 
bumi gonjang ganjing
memberi isyarat tsunami cinta
yang berkecamuk
di dalam dada


( 3 ) jatuh cinta :

ku lihat ada debar cinta
di binar bola matamu
ku raba ada degub asmara
yang menggelinyang di dadaku

( 4 ) RINDU MENGGELINYANG:

Udara sejuk sedan
meradang hatiku gamang
Namamu ku dendangkan
pada lagu ”layang-layang selayang pandang”

( 5 ) gigil rindu:

bulan pucat pasi
meraung raung sendiri
menahan gigil angin
rindu padamu kekasih

( 6 ) memadu kasih :

aku ingin duduk bersamamu
ditaman kota malam ini
dibawah cahaya rembulan
mememetik bintang gemintang
yang bersinar di dalam hati kita


 BY : BINTANG KEJJORA

LANGIT PELALAWAN , SEPTEMBER 01 2010



BUNDA ADA DAN TIADA DIRIMU


 
29 Agustus jam 
 
Assalamualaikum wr.

Ketika manusi terlahir di dunia percayalah ia tidak datang dengan kebetulan. Keberadaannya merupakan hasil karya yang begitu mengagumkan proses pembentukannyapun begitu menakjubkan, ada sentuhan sentuhan atas dasar kekuasaan yang tiada tara , kun fa ya kun - jadilah maka jadilah, tentunya tidak secara ajaib manusia itu terbentuk ada proses penciptaan sebaik-baiknya bentuk tersebut .tak ada cela dan tak ada yang mampu menandingi kesempurnaan ciptaan Rabbul Izzaati,

Manusi adalah makhluk yang di ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk , ia tercipta berbeda dengan makhluk bumi lainnya ia lah pemegang amanah besar dunia ini yakni khalifah fil ard. Peranannya didunia tak lepas dari peran besar seorang sosok perkasa yang di beri nama ibu… kepadanyalah muara kasih berlabuh.

Tatkala seorang insane baru terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apapun dan Allah mengenugrahkan kepadanya pendengaran, penglihatan dan hati agar ia bersyukur (QS. An-Nahl 16 : 78) maka siapalah yang pertam-tama merespon dan menjadikannya berdaya guna selain ketelatenan seorang Ibu…

Allah special menitipkannya kepada seorang perkasa sejak dalam kandungan mula, Allah jadikan Rahim ( tempat yang Kokoh) sebagai tempat bernaungnya individu baru,

Tampak jelas begitu susahnya keberadaan makhluk asing di tubuh manusia yang bernama wanita, namun adakah dari mereka yang sudi berkeluh kesah marah atas karunia terbesar dari Rabbnya itu… ia hanya mampu mendesah lelah namun percayalah desahnya, keluhnya, lelahnya serta kucuran keringatnya tak berarti urung mengandung, ia masih saja sempat tersenyum, dan berharap-harap kapankah sang buah hati itu terlahir.. resahnya ia menanti semakin menguatkannya untuk tetap mampu bertahan memberikan yang terbaik untuk jabang bayinya.

Belum lagi saat sakitnya melahirkan yang merupakan perjuangan seorang wanita diantara hidup dan mati… insya Allah pahala besar bergulir di setiap desah nafasnya.

Dan perjuangannya tak berhenti saat itu, Allah masih saja mempercayakan kepadanya untuk menjadikan individu baru itu sebagai sosok yang dirindui oleh alam semesta. Insan shaleh/ sholehah dambaan ummat, yang senantiasa berbakti kepada Rabbnya menjalani setiap tuntunan dari Rasulullah SAW.

Dan pada saat itu sosok ibulah yang terbaik dalam perannanya, ialah yang memiliki keistimewaan perjuangan meskipun tak seistimewa Siti Asiyah Dan tak setangguh Aminah. Kasih sayang Ibu merupakan puncak nurani tertringgi atas dasar 9 perasaan dan 1 akal kedudukannya begitu istimewa. Hal tersebut menampik segala kejadian yang di luar akal sehat, ibu tega membuang anaknya ? atau bahkan pemperdagangkannya? Biadab diamanakah nurani ditempatkan, mengapakah jeritan hati itu di khianati, mengiris kisi kisi jiwa ! pedih…

Kemanakah keistimewaan rahiim itu di hempaskan,hanya saja unsure Rahiim ( sayang) itu tak pernah ada yang membuangnya, masih saja tersimpan pada hati-hati manusia sekejia apapun ia, namun kisi hati yang memuatnya terlalu pekat untuk menampakan cercahan nurani itu.

Namun percayalah, ibu masih tetap sosok yang terbaik, ketika tindakan sekeji apapun terhadp anaknya ia lakukan ada keresahan yang tak mampu ia redam, ia tak mampu mengelak ia sedih, ia menyesal…

Seorang Ibu tak pernah ingat peluh resahnya ketika ia hadapi masa sulitnya melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya , harap cemasnya tak mampu terbayar dalam harga semahal apapun, Ibu terlalu istimewa , tak pernah terbayang dalam benaknya untuk menuntut imbalan atas segala pengorbanan, ia pun tak pernah berharap suguhan penghormatan untuk setiap perjuanggannya . Ibu hanya menginginkan anaknya mampu berjuang menghadapi getirnya hidup, ia hanya ingin anak-anaknya tersenyum bahagia, tak peduli dengan desahnya yang kian hilang ibu selalu begitu…

Dalam do'anya Berkah Allah senantiasa mengalir, namun ia tak pernah harapkan bayaran atasnya, sujudnya di atas sajadah yang kian basah oleh derai tangisnya adalah sebuah tanda ia tak pernah berhenti uraikan rasa harap kepada Rabbnya untuk keselamatan anak-anaknya di dunia dan Akhirat.

Dan ia hanya sedikit menghiba “ semoga anak-anakku dapat menjadi investasi kehidupanku di akhirat…”

Itu lah Ibu, Rasulullah menempatkannya paling utama hingga ia menyebutnya sebanyak tiga tali sebagai tanda penekanan begitu mulianya sosok wanita perkasa itu, setelah itu baru ayah… maka apa lagi yang menghambat kita untuk senantiasa berbakti kepada nya, kepada keduanya, tak perlu resah akan keberadaannya yang tak lagi di dunia karena kesempatan untuk itu masih terbuka lebar dengan upaya kita mendo'akan kebaikannya di akhirat.

Oh…Bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hati ku….

Sekali lagi ia lah sosok yang istimewa, ia lah yang tebaik yang pernah setiap orang miliki , The best I ever Had…. 


Wassalam.sumber :internet 

Ramadan Bulan Kemenangan


Oleh : Badarali Madjid
Ramadan Bulan Kemenangan
1 September 2010
 
SEKARANG ini kita berada pada sepuluh akhir bulan Ramadan. Pada waktu sepuluh akhir Ramadan itu, Rasulullah SAW sekeluarga dan para sahabat beliau lebih meningkatkan lagi aktivitas amal ibadah untuk meraih Lailatul Qadar (malam kemuliaan), yaitu suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
 
Keutamaan Lailatul Qadar itu hanya diberikan oleh Allah SWT kepada umat Islam saja. Memang, bulan suci yang mulia ini merupakan bulan untuk memperbanyak amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bukan hanya itu, bulan Ramadan juga disebut sebagai ‘’madrasah Ramadan’’, mencetak umat manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsu dalam hidupnya, dan menjalankan wahyu langit (Alquran) yang mengantarkannya kepada kedudukan yang mulia.


Pengendalian Nafsu

Manusia diciptakan Allah SWT dari dua unsur yang berbeda, yaitu unsur tanah dan unsur ruh. Ini jelas dalam penciptaan Nabi Adam dari tanah, dan peniupan ruh yang merupakan unsur langit diberikan Allah SWT (QS: Shad: 71-72).

Penciptaan manusia dari dua unsur ini sesuai dengan manusia yang hidup di alam materi dan alam ruh. Manusia hidup berinteraksi dengan tanah (bumi), dan kehidupannya juga berhubungan dengan langit (Tuhan). Manusia memerlukan hasil bumi berupa makanan, minuman, dan pakaian. Dan manusia juga memerlukan sesuatu yang diturunkan dari langit, yaitu wahyu.


Makanya, manusia diberi kemauan (nafsu) yang dapat membantunya untuk membangun bumi dan menikmati hasilnya, dan manusia juga diberikan kehidupan ruh (rohani), agar kehidupannya dapat naik menjadi tinggi hingga sampai hubungannya dengan Allah SWT.


Pengaruh nafsu yang ada pada diri manusia (unsur tanah) itu akan bisa menurunkan ketinggian derajat manusia hingga lebih rendah dari hewan. Dan unsur ruh (unsur langit) yang terdapat dalam jasad manusia itu akan bisa menjadikan derajat manusia itu menjadi tinggi hingga setara dengan para malaikat.


Agama berperan mengangkat undur ruh dalam jasad manusia dan mengalahkan unsur tanah (nafsu). Dan ini bukan suatu hal yang mudah, karena unsur tanah (nafsu) sungguh dominan dalam diri manusia, dan diri manusia itu lebih cenderung mengikuti kehendak nafsu.


Karena itu, manusia dituntut mengendalikan diri dengan sabar dan yakin hingga dirinya sampai pada tingkat kepemimpinan dalam agama (QS: al-Sajadah: 24). Dengan sifat sabar itu manusia akan sanggup melawan hawa nafsu, dan dengan sikap yakin itu manusia akan mampu menghadapi segala perkara syubhat yang ada dalam kehidupannya. Dengan begitu, seseorang itu baru bisa mendapat hidayah Allah SWT (QS: al-Ankabut: 69).


Islam mensyariatkan berbagai jalan kepada manusia, agar diri manusia mampu mengendalikan kekuatan unsur tanah (nafsu) yang ada pada dirinya. Di antaranya adalah segala amalan yang terdapat dalam rukun Islam, berupa salat, puasa, zakat, dan haji. Dan puasa merupakan jihad ruhani terbesar dalam diri manusia untuk mengendalikan dominasi nafsu dan mengarahkannya kepada jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan unsur langit, ruh (wahyu).


Penyucian Diri

Satu bulan manusia melaksanakan puasa, mening-galkan kelezatan dan mengekang kehendak hawa nafsu. Makanya, bulan Ramadan itu disebut juga sebagai bulan penyucian diri manusia yang dikotori oleh berbagai kehendak hawa nafsu selama satu tahun dalam hidupnya. Bulan Ramadan itu juga sebagai ‘’toilet rohani’’, tempat mandi tahunan mencuci kotoran dosa. Seorang muslim akan keluar dari Ramadan itu dengan diri yang bersih dan suci, terampun dosa-dosanya yang telah lalu (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sebagaimana ibadah salat merupakan ‘’toilet ruhani’’ harian, membersihkan diri dari dosa-dosa yang pernah dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Bukan hanya itu, Ramadan juga dihiasi dengan qiyam al-lail dengan melaksanakan salat tarawih pada malamnya, membuat seseorang merasakan melaksanakan penyucian diri siang dan malam selama bulan Ramadan.


Syukur Nikmat

Di Bulan Ramadan, manusia merasakan nilai dari nikmat Allah SWT. Karena limpahan nikmat tidak terasa, kecuali setelah nikmat itu hilang. Makanya orang mengatakan, kesehatan itu mahkota yang terletak di kepala orang yang sehat, tapi hanya bisa dilihat oleh orang yang sakit. Seorang muslim yang lapar dan haus di siang Ramadan, di saat berbuka, baru dia merasakan tingginya nilai nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.

Benar kata Rasulullah SAW, kebahagian seorang yang berpuasa itu ada pada ketika dia berbuka, dan ketika dia berjumpa dengan Allah SWT di akhirat kelak (HR Imam Muslim dan Imam al-Tirmizi). Maka bulan Ramadan juga mengajarkan kepada umat manusia untuk pandai mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya.


Kepedulian Sosial

Puasa Ramadan juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial pada diri seorang muslim. Dia merasakan perihnya derita yang menimpa fakir miskin yang diterjang lapar siang dan malam. Dengan begitu, timbul rasa kepedu-liannya membantu orang yang hidup dalam kesusahan. Bahkan Rasulullah SAW walaupun hidup dalam kesederhanaan, tapi beliau orang yang sangat dermawan pada bulan Ramadan (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Diriwayatkan juga, Nabi Yusuf tidak pernah makan hingga kenyang, sekalipun dia dipercayakan memegang kekayaan negeri Mesir. Saat ditanya, beliau menjawab, dikhawatirkan makan hingga kenyang itu akan membuat manusia lupa akan penderitaan fakir miskin (Syaikh Yusuf al-Qaradhawi: Syahr Intishar al-Insan).


Jadi, setelah Ramadan berlalu, akan terjadi peningkatan dalam kehidupan seorang muslim, dengan peningkatan akal yang dipenuhi ilmu pengetahuan, peningkatan hati dengan iman dan takwa, peningkatan kehidupan masyarakat dengan semakin kuatnya ukhuwah Islamiyah antara sesama mereka, peningkatan tekad dengan berlomba kepada kebaikan.


Dengan begitu, akan nampak puasa Ramadan itu melahirkan seorang muslim yang mendapatkan kemenangan dalam mengen-dalikan hawa nafsu dunia, menjadi seorang muslim yang takwa kepada Allah SWT (QS: Al-Baqarah: 183). Semoga bulan suci Ramadan ini merupakan bulan kemenangan bagi seluruh umat Islam, amin.***



H Badarali Madjid Ketua Tanfiziyah PWNU Riau 
sumber : www.riaupos.com 
 

Riaupos.com | newlook v2010 beta :: Berita - DPR Warning PTPN V, Laba Anjlok Rp265 Miliar

Riaupos.com | newlook v2010 beta :: Berita - DPR Warning PTPN V, Laba Anjlok Rp265 Miliar