Rabu, 03 November 2010





SUMPAH SERAPAH

Untuk wakil rakyat : dari rakyat yang sedang sekarat
Nasib yang melarat , dihantam bencana Madat

Mulutmu bau sampah
Menyebarkan aroma bangkai dan sampah
Janji manismu yang kau umbar sana sini
; dulu ketika kampanye
Bual bual mu di gedung instansi dan di kedai kopi
Pidatomu yang berapi api seperti kereta api
Dari panggung ke panggung
Dari mimbar ke mimbar
Omong kosong belaka , bau sampah
Aku menyumpah serapah
: mulutmu bau sampah hingga aku muntah

Disaat rakyat sedang dilanda musibah
Disaat nasib semakin parah
Dihantam bencana yang merajah
Kau pergi melancong melanglang buana
Keliling dunia, tak peduli rakyat yang sedang nestapa
Kau hisap darah kami yang sudah hampir mengering
Kau peras tulang kami yang sudah menjadi airmata
Kau berangkat dengan senyum sumringah
Disaat kakimu melangkah
Kami seperti dijajah
: bau sampah

Padahal kepergianmu menggunakan semua fasilitas
Yang berasal dari jerih payah
Dan cucuran keringat serta darah kami
Kau abaikan bisikan hati nurani
Kau belajar etika, sementara kau ajar kami melanggar norma
: sumpah serapah, kalian bau sampah

:apresiasi terhadap anggota DPR RI yang pergi melancong ke luar negeri & DPRD Riau meloloskan dana aspirasi untuk anggota dewan masing masing anggota memperoleh  dana sebesar 2M

















GELADAK NURANI

Telah ku lukis seraut wajahmu pada kanvas waktu
Segala Warna telah ku torehkan
Kala badai datang menerpa

kala ombak menghempas karang pecah ditepian pantai
Pada angin yang berhembus ,
pada senja berpendar warna pelangi
masihkah kau menunggu atau akan berlalu
: madah cinta di mural jantung

dan di geladak nurani, senjabianglala berubah ombak
yang mengombak dan riak nya menggulung
menyapu sampan yang berlayar di tengah samudera
: waktu tak mau menunggu







GELADAK NURANI

Telah ku lukis seraut wajahmu pada kanvas waktu
Segala Warna telah ku torehkan
Kala badai datang menerpa wajah pertiwi
Pada angin yang berhembus ,
pada senja berpendar warna pelangi
masihkah kau menunggu atau akan berlalu

dan di geladak nurani senjabianglala berubah ombak
yang mengombak dan riak nya menggulung
menyapu sampan yang berlayar di tengah samudera
: waktu tak mau menunggu